
Al-Qaari’ah adalah salah satu nama hari kiamat, seperti nama lainnya; al-Haaqqah, ath-Thaammah, ash-ShaakhkhaH, al-Ghaasyiyah, dan lain-lain. Kemudian dengan mengagungkan urusan hari kiamat ini serta membesarkan keadaanya, Allah Ta’ala berfirman: wa maa adraaka mal qaari’ah (“Tahukah kamu apakah hari kiamat itu?”) lebih lanjut, Dia menafsirkan melalui firman-Nya: yauma yakuunun naasu kalfaraasyil mabtsuuts (“Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran.”) yakni dalam hal ketersebaran, perpecahan, kepergian dan kedatangan mereka karena perasaan bingung atas apa yang mereka alami, seakan-akan mereka itu seperti kapas yang dihamburkan, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala dalam ayat yang lain: ka-annaHum jaraadum muntasyir (“Seakan-akan mereka itu belalang yang bertebaran.”) (al-Qamar: 7).
Dan firman Allah Ta’ala: wa takuunul jibaalu kal’iHnil mangfuusy (“Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”) maksudnya, gunung-gunung itu seperti bulu-bulu yang dihambur-hamburkan yang mudah terbang dan robek.
Kemudian Allah Ta’ala memberitahukan akibat dari apa yang pernah mereka perbuat serta apa yang akan mereka terima selanjutnya, baik kemuliaan maupun kehinaan, sesuai dengan amal perbuatan mereka. Dimana Dia berfirman: fa ammaa mang tsaqulat mawaaziinuH (“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan [kebaikan]nya.”) yakni kebaikannya lebih unggul daripada keburukannya, fa huwa fii ‘iisyatir raadliyah (“Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.”) yakni di dalam syurga. Wa ammaa man khaffat mawaaziinuhu (“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan [kebaikannya]”) yakni amal keburukannya lebih unggul daripada kebaikannya.
Adapun firman Allah ta’ala: Fa ummuHuu Haawiyah (“Maka tempat kembalinya adalah neraka hawiyah”) ada yang mengatakan: “Artinya, maka dia akan jatuh ke neraka jahanam dengan kepala di bawah. Dia mengungkapkan dengan menggunakan kata “ummuhu” yang berarti “otaknya”. Hal senada diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Abu Shalih, dan Qatadah. Ada juga yang berpendapat: “Artinya tempat yang menjadi rujukan dan kembalinya pada hari kebangkitan kelak adalah Neraka Hawiyah.” Hawiyah ini adalah salah satu nama neraka. Ibnu Jarir mengatakan: “Hawiyah disebut dengan sebutan ummuhu [induknya], karena tidak ada tempat kembali baginya kecuali neraka tersebut. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman seraya menafsirkan kata Hawiyah, firman-Nya: Wa maa adraaka maa HiyaH naarun haamiyaH (“Dan tahukah kamu apakah neraka hawiyah itu? yaitu api yang sangat panas.”) firman-Nya: naarun haamiyaH karena api itu benar-benar sangat panas dan mempunyai kobaran dan sengatan yang sangat kuat. Abu Mush’ab meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. Pernah bersabda: “Api anak cucu Adam yang biasa kalian nyalakan itu hanya satu bagian dari tujuh puluh bagian neraka jahanam.”)
Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulallah, satu bagian saja sudah sangat cukup?” Beliau menjawab: “Sesungguhnya satu bagian api itu masih ditambah lagi dengan enampuluh Sembilan bagian.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
No comments:
Post a Comment